Senin, 01 Oktober 2012

PENYAKIT ARTERI PERIFER BUERGER SYNDROME



A.    DEFINISI
Penyakit arteri perifer adalah semua penyakit yang terjadi pada pembuluh darah setelah keluar dari jantung dan aortailiaka, jadi penyakit arteri perifer meliputi ke empat ekstremitas, arteri karotis, renalis, mesentrika, dan semua percabangan setelah keluar dari aortailiaka. Peripheral arterial disease (PAD)  merupakan kondisi yang berkembang ketika arteri-arteri yang mensuplai darah ke organ-organ internal, lengan-lengan, dan tungkai-tungkai menjadi terhalangi sepenuhnya atau sebagian sebagai akibat dari atherosclerosis. Penyakit arteri perifer adalah gangguan sirkulasi umum di mana arteri yang menyempit mengurangi aliran darah ke anggota badan. Penyakit ini menyebabkan gejala, terutama nyeri kaki saat berjalan (klaudikasio intermiten). Penyakit arteri perifer juga mungkin menjadi tanda akumulasi yang lebih luas dari deposito lemak di arteri (aterosklerosis). Kondisi ini dapat mengurangi aliran darah ke jantung dan otak, serta kaki. Sering kali, berhasil mengobati penyakit arteri perifer dengan berhenti merokok, berolahraga dan makan makanan yang sehat.
Penyakit Buerger atau Tromboangitis Obliterans (TAO) adalah suatu penyakit vaskulitis dari pembuluh darah yang paling sering ditemukan pada perokok pria yang berusia pertengahan. Sering ditemukan feblitis superficial rekurens, sedangkan vena-vena dalam jarang terkena. Penyakit pembuluh darah arteri dan vena ini bersifat segmental pada anggota gerak dan jarang pada alat-alat dalam.
Penyakit Tromboangitis Obliterans merupakan kelainan yang mengawali terjadinya obstruksi pada pembuluh darah tangan dan kaki. Pembuluh darah mengalami konstriksi atau obstruksi sebagian yang dikarenakan oleh inflamasi dan bekuan sehingga mengurangi aliran darah ke jaringan.


B.     ETIOLOGI
Penyebabnya tidak jelas, tetapi biasanya tidak ada faktor familial serta tidak ada hubungannya dengan penyakit Diabetes Mellitus. Penderita penyakit ini umumnya perokok berat yang kebanyakan mulai merokok pada usia muda, kadang pada usia sekolah. Penghentian kebiasaan merokok memberikan perbaikan pada penyakit ini.
Walaupun penyebab penyakit Buerger belum diketahui, suatu hubungan yang erat dengan penggunaan tembakau tidak dapat disangkal. Penggunaan maupun dampak dari tembakau berperan penting dalam mengawali serta berkembangnya penyakit tersebut. Hampir sama dengan penyakit autoimune lainnya, Tromboangitis Obliterans dapat memiliki sebuah predisposisi genetik tanpa penyebab mutasi gen secara langsung. Sebagian besar peneliti mencurigai bahwa penyakit imun adalah suatu endarteritis yang dimediasi sistem imun.











C.     KLASIFIKASI
1.      Sumbatan arteri trombotik
a.       Arteri yang sakit
o        ASO
o        TAO
o        arteritides
b.      Arteri normal
ü  Keadaan hiperkoagulasi
·         Kelainan mielopro literatif
·         Penyakit usus ulseratif
·         Trombosis arteri sederhana idiopatik
ü  Trauma kontusio atau rusaknya arteri yang parah
ü  Diseksi aorta
2.      Sumbatan arteri embolik
a.       Arteri besar, sedang,  dan kecil bisa disumbat oleh emboli yang muncul dari :
ü   Jantung
·         Penyakit jantung reumatik.
·         IMA
·         Payah jantung dari semua sebab.
·         Endokardtis infeksiosa.
·         Miksoma artirum kiri.
ü   Arteri kecil dan arteriola bisa disumbat oleh debris ateromatosa dari plak ateromatosa proksmal atau trombus mural dalam aneursma arteri (embolisasi ateromatosa atau kolesterol)
3.      Jenis lain dari siumbatan arteri akut:
a.       Spasme arteri, sekunder terhadap:
§  Ergotisme
§  DOB (4 bromo-2,5dimetoksiamfetamin), obat ”jalanan”
§  Trauma tumpul
§  Suntikan intra arteri
b.      Benda asing
§     Kawat pembimbing dan kateter.
§     Embolisme bullient



















D.    PATOFISIOLOGI
Mekanisme penyebaran penyakit Buerger sebenarnya belum jelas, tetapi beberapa penelitian telah mengindikasikan suatu implikasi fenomena imunologi yang mengawali tidak berfungsinya pembuluh darah dan wilayah sekitar thrombus. Pasien dengan penyakit ini memperlihatkan hipersensitivitas pada injeksi intradermal ekstrak tembakau, mengalami peningkatan sel yang sangat sensitive pada kolagen tipe I dan III, meningkatkan serum titer anti endothelial antibody sel , dan merusak endothel terikat vasorelaksasi pembuluh darah perifer. Meningkatkan prevalensi dari HLA-A9, HLA-A54, dan HLA-B5 yang dipantau pada pasien ini, yang diduga secara genetic memiliki penyakit ini.
Akibat iskemia pembuluh darah (terutama ekstremitas inferior), akan terjadi perubahan patologis :             (a) otot menjadi atrofi atau mengalami fibrosis
(b) tulang mengalami osteoporosis dan bila timbul gangren maka terjadi destruksi tulang yang berkembang menjadi osteomielitis
(c) terjadi kontraktur dan atrofi
(d) kulit menjadi atrofi
(e) fibrosis perineural dan perivaskular
(f) ulserasi dan gangren yang dimulai dari ujung jari.
                       































E.     TANDA DAN GEJALA
manifestasi-klinis-buerger-disease-300x144.jpg
1.            Rasa Nyeri
a.          Klaukadikasio intermiten, yaitu bila pasien jalan, pada jarak tertentu akan merasa nyeri pada ekstremitas, dan setelah istirahat sebentar dapat berjalan lagi. Gejala tersebut  biasanya progresif.
b.         Nyeri spontan berupa rasa nyeri yang hebat pada jari dan daerah sekitarnya, lebih hebat pada waktu malam. Biasanya merupakan tanda awal akan terjadinya ulserasi dan gangren.Rasa nyeri ini lebih hebat bila ekstremitas ditinggikan dan berkurang bila direndahkan.
c.          Bila terjadi osteoporosis kaki akan sakit bila diinjakkan. Karena saraf juga terganggu, akan ada perasaan hipererestesia.
2.            Pulsasi arteri pada arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior biasanya menghilang.
3.            Terjadi perubahan warna pada jari - jari yang terkena menjadi merah, normal, atau sianotik, tergantung dari lanjutnya penyakit.
4.            Suhu kulit pada daerah yang terkena akan lebih rendah pada palpasi.
5.            Ulserasi dan gangren, sering terjadi spontan atau karena mikrotrauma. Gangren biasanya unilateral dan terdapat pada ujung jari.
6.            Tromboflebitis superfisial biasanya mengenai vena kecil dan sedang.





F.      PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Foto Rontgen anggota gerak untuk melihat :
a.       Tanda – tanda osteoporosis tulang – tulang.
b.      Tanda – tanda klasifikasi arteri
2.      Arteriografi
Ciri khas dari gambaran arteriografi pada tromboangitis obliteran’s yaitu bersifat segmental, artinya sumbatan terdapat pada beberapa tempat, tapi segmen diantara tempat yang tersumbat itu normal. Pada kasus lanjut, biasanya terjadi kolateralisasi.
3.      Pemeriksaan Doppler
Dapat membantu mengetahui kecepatan aliran darah dalam pembuluh.Metode penggambaran secara modern, seperti computerize tomography (CT) dan Magnetic resonance imaging (MRI) Pada pasien dengan ulkus kaki yang dicurigai Tromboangitis Obliterans, Allen test sebaiknya dilakukan untuk mengetahui sirkulasi darah pada tangan dan kaki.





4.      Angiografi
angiogram-buerger-disease.jpg




G.    PENATALAKSANAAN
  1. Tindakan untuk menghentikan progresifitas penyakit, antara lain pasien mutlak harus berhenti merokok.
  2. Tindakan untuk menimbulkan vasodilatasi:
a.       Simpatektomi lumbal, yaitu dengan mengangkat 2-3 buah ganglion simpatik LI dan LIII (LI – LIV).Tindakan ini masih kontroversi.
b.      Mencegah vasokontriksi dengan menjaga suhu.
  1. Bagian kepala dari tempat tidur dapat ditinggikan 15-20 cm diatas balok, sehingga gaya gravitasi membantu mengalirkan darah menuju arteri-arteri.
  2. Tindakan untuk menghilangkan rasa nyeri pada klaudikasio intermiten ialah dengan jangan banyak jalan.
  3. Pencegahan dan pengobatan terhadap ulserasi/ gangren dengan cara :
a.       Mencegah trauma /infeksi penting untuk memelihara kebersihan kaki.
b.      Direndam dengan larutan permanganat kallikus 1/5000 selama 20 menit setiap hari.
c.       Antibiotik.
  1. Pengobatan spesifik.
Dari pengobatan spesifik yang telah ditemukan belum ada yang diterima secara luas, walaupun antikoagulan, dekstran, fenilbutazon, piridinolkarbanat, inositol niasinat dan steroid direkomendasikan. Lebih baru lagi dikatakan terapi dengan prostaglandin (PGA1 ) dan defibrotide sama baiknya dengan zat pencegah agregasi platelete.
Iskemia tangan yang berat akibat trombosis akut pada tromboangitis obliterans, secara dramatis membaik dengan infus Urokinase intra arteri yang dilanjutkan dengan angioplasty dengan kateter balon. Pada pembuluh darah kecil dan pemberian antikoagulasi.
7.      Lakukanlah perawatan lebih awal dan secara agresif pada lula-luka ektremis untuk menghindari infeksi
8.      Penderita dengan gangren, luka-luka atau nyeri ketika beristirahat, perlu menjalani tirah baring.
  1. Penderita harus melindungi kakinya dengan pembalut yang memiliki bantalan tumit atau dengan sepatu boot yang terbuat dari karet.

Penderita juga harus menghindari:
-      Pemaparan terhadap dingin
-      Cedera karena panas, dingin atau bahan (seperti iodine atau asam) yang
       digunakan untuk mengobati kutil dan kapalan
-      Cedera karena sepatu yang longgar/sempit atau pembedahan minor
-      Infeksi jamur
-      Obat-obat yang dapat mempersempit pembuluh darah.



H.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Nyeri kronis berhubungan dengan iskemia otot.
2.      Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi.
3.      Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penghentian aliran darah arteri.
4.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan klaudikasi.


I.       INTERVENSI
No Dx
Intervensi
Rasional
1.
Ø Catat karakteristik nyeri.


Ø Diskusikan dengan pasien bagaimana dan mengapa nyeri ditimbulkan.

Ø Bantu pasien mengidentifikasikan faktor pencetus/situasi, contoh merokok dan penanganannya.
Ø Dorong penggunanaan teknik manajemen stress, aktivitas hiburan.



Ø Pantau efek obat dan tindakan.




Ø Berikan obat sesuai indikasi.
Ø Perubahan berat / lamanya dapat mengindikasikan kemajuan proses penyakit / terjadinya komplikasi.
Ø Pengetahuan timbulnya mekanisme nyeri memungkinkan pasien melakukan intervensi efektif untuk meminimlkan kekambuhan.
Ø Vasokontriksi dibatasi karena menyebabkan kerusakan jaringan dan gangren.
Ø Meningkatkan relaksasi / fokus perhatian untuk membantu pemutusan stress/cemas/siklus stress, yg memperburuk respon vasokoknstriksi dan peningkatan nyeri.
Ø Respon individu terhadap terapai mungkin tak adekuat untuk mengontrol penyakit atau dapat menghasilkan efek samping, mengindikasikan perlunya perubahan program.
Ø Penggunaan vasodilator/antihipertensi dapat menghilangkan vasospasme dan menurunkan nyeri.
2.
·      Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing, kemerahan, perdarahan, perubahan warna, kelabu, memutih.
·      Ubah posisi dengan sering.



·      Balik pasien dengan sering untuk melibatkan sisi yang tak sakit dan posisi tengkurap dengan kaki pasien di atas kasur.
·      Memberikan informasi tentang sirkulasi kulit.

·      Mengurangi tekanan konstan pada area yang sama dan meminimalkan risiko kerusakan kulit.

·      Meminimalkan tekanan pada kaki.



3.
§  Observasi warna kulit bagian yang sakit.



§  Catat penurunan nadi : pengisian kapiler lambat, perubahan trofik kulit (tak berwarna, mengkilat/tegang), kuku tabuh.
§  Lindungi dari cedera contoh, hindari dari aktivitas menggunakan alat tajam, memerlukan fungsi motor halus.
§  Lihat dan kaji kulit untuk ulserasi, lesi, area gangren.
§  Warna kulit khas terjadi pada fase pucat intermiten (akibat vasospasme tiba-tiba), sianosis (iskemia), dan kemerahan (vasodilatasi/hiperemia reaktif).
§  perubahan ini menunjukkan kemajuan / proses kronis.


§  Kurangnya kesadaran bahwa sensasi menurun dapat menimbulkan situasi dimana bagian yang sakit terganggu.

§  Lesi dapat terjadi dari ukuran jarum peniti sampai melibatkan seluruh ujung jari dan dapat mngakibatkan indeksi/kerusakan / kehilangan jaringan serius.
4.
v Lakukan rehabilitasi penerimaan.


v Beri obat sebelum aktivitas / latihan.



v Masukkan aktivitas sehari-hari dalam terapi fisik dan asuhan keperawatan.
v Dorong partisipasi pasiean dalam semua aktivitas sesuai kemampuan individual.
v Akan lebih mudah untuk membuat partisipasi bila pasien menyadari kemungkinan adanya penyembuhan.
v Menurunkan kekakuan otot / jaringan dan tegangan memampukan pasien untuk lebih aktif dan membantu partisipan.
v Komunikasi aktivitas yang menghasilakan perbaikan hasil dengan meningkatkan efek masing-masing.
v Meningkatkan kemandirian, meningkatkan harga diri, dan membantu proses perbaikan.

J.       EVALUASI

1.      Nyeri Berkurang.
2.      Mencapai penyembuhan luka sesuai waktunya / penyembuhan lesi terjadi.
3.      Mengidentifikasi / melakukan pola hidup yang benar dan perubahan perilaku untuk meningkatkan sirkulasi.
4.      Dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari.






































DAFTAR PUSTAKA


Carpenito.(2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC:Jakarta

Doenges. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC:Jakarta

Shires,Schwartz.intisari prinsip-prinsip Ilmu Bedah. Penerbit Buku Kedokteran dalam:

0 komentar:

Posting Komentar

◄ Newer Post

Artikel Populer

 

Copyright 2012 Document Seo Elite by BLog BamZ | Blogger Templates