A. DEFINISI
Penyakit arteri perifer adalah semua
penyakit yang terjadi pada pembuluh darah setelah keluar dari jantung dan
aortailiaka, jadi penyakit arteri perifer meliputi ke empat ekstremitas, arteri
karotis, renalis, mesentrika, dan semua percabangan setelah keluar dari
aortailiaka. Peripheral arterial disease (PAD)
merupakan kondisi yang berkembang ketika arteri-arteri yang mensuplai
darah ke organ-organ internal, lengan-lengan, dan tungkai-tungkai menjadi
terhalangi sepenuhnya atau sebagian sebagai akibat dari atherosclerosis. Penyakit arteri perifer adalah gangguan sirkulasi umum
di mana arteri yang menyempit mengurangi aliran darah ke anggota badan.
Penyakit ini menyebabkan gejala, terutama nyeri kaki saat berjalan (klaudikasio
intermiten). Penyakit arteri perifer juga mungkin menjadi tanda akumulasi yang
lebih luas dari deposito lemak di arteri (aterosklerosis). Kondisi ini dapat
mengurangi aliran darah ke jantung dan otak, serta kaki. Sering kali, berhasil
mengobati penyakit arteri perifer dengan berhenti merokok, berolahraga dan
makan makanan yang sehat.
Penyakit Buerger
atau Tromboangitis Obliterans (TAO) adalah suatu penyakit vaskulitis dari
pembuluh darah yang paling sering ditemukan pada perokok pria yang berusia
pertengahan. Sering ditemukan feblitis superficial rekurens, sedangkan
vena-vena dalam jarang terkena. Penyakit pembuluh darah arteri dan vena ini
bersifat segmental pada anggota gerak dan jarang pada alat-alat dalam.
Penyakit Tromboangitis Obliterans merupakan
kelainan yang mengawali terjadinya obstruksi pada pembuluh darah tangan dan
kaki. Pembuluh darah mengalami konstriksi atau obstruksi sebagian yang
dikarenakan oleh inflamasi dan bekuan sehingga mengurangi aliran darah ke
jaringan.
B. ETIOLOGI
Penyebabnya tidak jelas, tetapi biasanya
tidak ada faktor familial serta tidak ada hubungannya dengan penyakit Diabetes
Mellitus. Penderita penyakit ini umumnya perokok berat yang kebanyakan mulai
merokok pada usia muda, kadang pada usia sekolah. Penghentian kebiasaan merokok
memberikan perbaikan pada penyakit ini.
Walaupun
penyebab penyakit Buerger belum diketahui, suatu hubungan yang erat dengan
penggunaan tembakau tidak dapat disangkal. Penggunaan maupun dampak dari tembakau
berperan penting dalam mengawali serta berkembangnya penyakit tersebut. Hampir
sama dengan penyakit autoimune lainnya, Tromboangitis Obliterans dapat memiliki
sebuah predisposisi genetik tanpa penyebab mutasi gen secara langsung. Sebagian
besar peneliti mencurigai bahwa penyakit imun adalah suatu endarteritis yang
dimediasi sistem imun.
C.
KLASIFIKASI
1.
Sumbatan
arteri trombotik
a.
Arteri
yang sakit
o
ASO
o
TAO
o
arteritides
b.
Arteri
normal
ü
Keadaan
hiperkoagulasi
·
Kelainan
mielopro literatif
·
Penyakit
usus ulseratif
·
Trombosis
arteri sederhana idiopatik
ü
Trauma
kontusio atau rusaknya arteri yang parah
ü
Diseksi
aorta
2.
Sumbatan
arteri embolik
a.
Arteri
besar, sedang, dan kecil bisa disumbat
oleh emboli yang muncul dari :
ü
Jantung
·
Penyakit
jantung reumatik.
·
IMA
·
Payah
jantung dari semua sebab.
·
Endokardtis
infeksiosa.
·
Miksoma
artirum kiri.
ü
Arteri
kecil dan arteriola bisa disumbat oleh debris ateromatosa dari plak ateromatosa
proksmal atau trombus mural dalam aneursma arteri (embolisasi ateromatosa atau
kolesterol)
3.
Jenis
lain dari siumbatan arteri akut:
a.
Spasme
arteri, sekunder terhadap:
§ Ergotisme
§ DOB (4 bromo-2,5dimetoksiamfetamin), obat
”jalanan”
§ Trauma tumpul
§ Suntikan intra arteri
b.
Benda
asing
§ Kawat pembimbing dan kateter.
§ Embolisme bullient
D.
PATOFISIOLOGI
Mekanisme penyebaran penyakit Buerger
sebenarnya belum jelas, tetapi beberapa penelitian telah mengindikasikan suatu implikasi
fenomena imunologi yang mengawali tidak berfungsinya pembuluh darah dan wilayah
sekitar thrombus. Pasien dengan penyakit ini memperlihatkan hipersensitivitas
pada injeksi intradermal ekstrak tembakau, mengalami peningkatan sel yang
sangat sensitive pada kolagen tipe I dan III, meningkatkan serum titer anti
endothelial antibody sel , dan merusak endothel terikat vasorelaksasi pembuluh darah perifer. Meningkatkan
prevalensi dari HLA-A9, HLA-A54, dan HLA-B5 yang dipantau pada pasien ini, yang
diduga secara genetic memiliki penyakit ini.
Akibat iskemia pembuluh darah (terutama
ekstremitas inferior), akan terjadi perubahan patologis : (a) otot menjadi atrofi atau
mengalami fibrosis
(b) tulang
mengalami osteoporosis dan bila timbul gangren maka terjadi destruksi tulang
yang berkembang menjadi osteomielitis
(c) terjadi kontraktur dan atrofi
(d) kulit menjadi atrofi
(e) fibrosis perineural dan perivaskular
(f) ulserasi dan gangren yang dimulai dari ujung jari.
E.
TANDA DAN GEJALA
1.
Rasa Nyeri
a.
Klaukadikasio intermiten, yaitu bila pasien jalan, pada jarak tertentu akan
merasa nyeri pada ekstremitas, dan setelah istirahat sebentar dapat berjalan
lagi. Gejala tersebut biasanya
progresif.
b.
Nyeri
spontan berupa rasa nyeri yang hebat pada jari dan daerah sekitarnya, lebih
hebat pada waktu malam. Biasanya merupakan tanda awal akan terjadinya ulserasi
dan gangren.Rasa nyeri ini lebih hebat bila ekstremitas ditinggikan dan
berkurang bila direndahkan.
c.
Bila
terjadi osteoporosis kaki akan sakit bila diinjakkan. Karena saraf juga
terganggu, akan ada perasaan hipererestesia.
2.
Pulsasi
arteri pada arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior biasanya
menghilang.
3.
Terjadi
perubahan warna pada jari - jari yang terkena menjadi merah, normal, atau
sianotik, tergantung dari lanjutnya penyakit.
4.
Suhu
kulit pada daerah yang terkena akan lebih rendah pada palpasi.
5.
Ulserasi
dan gangren, sering terjadi spontan atau karena mikrotrauma. Gangren biasanya
unilateral dan terdapat pada ujung jari.
6.
Tromboflebitis
superfisial biasanya mengenai vena kecil dan sedang.
F.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto Rontgen anggota gerak untuk melihat :
a. Tanda – tanda osteoporosis tulang –
tulang.
b. Tanda – tanda klasifikasi arteri
2. Arteriografi
Ciri khas dari gambaran arteriografi pada
tromboangitis obliteran’s yaitu bersifat segmental, artinya sumbatan terdapat
pada beberapa tempat, tapi segmen diantara tempat yang tersumbat itu normal.
Pada kasus lanjut, biasanya terjadi kolateralisasi.
3. Pemeriksaan Doppler
Dapat membantu mengetahui kecepatan aliran darah dalam
pembuluh.Metode penggambaran secara modern, seperti computerize
tomography (CT) dan Magnetic resonance imaging (MRI) Pada pasien dengan ulkus
kaki yang dicurigai Tromboangitis Obliterans, Allen test sebaiknya dilakukan
untuk mengetahui sirkulasi darah pada tangan dan kaki.
4. Angiografi
G.
PENATALAKSANAAN
- Tindakan untuk menghentikan
progresifitas penyakit, antara lain pasien mutlak harus berhenti merokok.
- Tindakan untuk menimbulkan
vasodilatasi:
a. Simpatektomi lumbal, yaitu dengan
mengangkat 2-3 buah ganglion simpatik LI dan LIII (LI – LIV).Tindakan ini masih
kontroversi.
b. Mencegah vasokontriksi dengan menjaga
suhu.
- Bagian kepala dari tempat tidur dapat ditinggikan 15-20 cm diatas balok, sehingga gaya gravitasi membantu mengalirkan darah menuju arteri-arteri.
- Tindakan untuk menghilangkan rasa
nyeri pada klaudikasio intermiten ialah dengan jangan banyak jalan.
- Pencegahan dan pengobatan terhadap
ulserasi/ gangren dengan cara :
a. Mencegah trauma /infeksi penting untuk memelihara
kebersihan kaki.
b. Direndam dengan larutan permanganat
kallikus 1/5000 selama 20 menit setiap hari.
c. Antibiotik.
- Pengobatan spesifik.
Dari pengobatan spesifik yang telah ditemukan
belum ada yang diterima secara luas, walaupun antikoagulan, dekstran,
fenilbutazon, piridinolkarbanat, inositol niasinat dan steroid
direkomendasikan. Lebih baru lagi dikatakan terapi dengan prostaglandin (PGA1 ) dan
defibrotide sama baiknya dengan zat pencegah agregasi platelete.
Iskemia tangan yang berat akibat trombosis akut
pada tromboangitis obliterans, secara dramatis membaik dengan infus Urokinase
intra arteri yang dilanjutkan dengan angioplasty dengan kateter balon. Pada
pembuluh darah kecil dan pemberian antikoagulasi.
7.
Lakukanlah perawatan lebih awal dan secara agresif pada
lula-luka ektremis untuk menghindari infeksi
8.
Penderita dengan gangren,
luka-luka atau nyeri ketika beristirahat, perlu menjalani tirah baring.
- Penderita harus melindungi kakinya dengan pembalut yang memiliki bantalan tumit atau dengan sepatu boot yang terbuat dari karet.
Penderita juga harus menghindari:
- Pemaparan
terhadap dingin
- Cedera
karena panas, dingin atau bahan (seperti iodine atau asam) yang
digunakan
untuk mengobati kutil dan kapalan
- Cedera
karena sepatu yang longgar/sempit atau pembedahan minor
- Infeksi
jamur
- Obat-obat
yang dapat mempersempit pembuluh darah.
H.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Nyeri kronis berhubungan dengan iskemia
otot.
2.
Risiko kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan perubahan sirkulasi.
3.
Perubahan perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan penghentian aliran darah arteri.
4.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
klaudikasi.
I.
INTERVENSI
No Dx
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Ø Catat karakteristik nyeri.
Ø Diskusikan dengan pasien
bagaimana dan mengapa nyeri ditimbulkan.
Ø Bantu pasien
mengidentifikasikan faktor pencetus/situasi, contoh merokok dan penanganannya.
Ø Dorong penggunanaan teknik
manajemen stress, aktivitas hiburan.
Ø Pantau efek obat dan
tindakan.
Ø Berikan obat sesuai
indikasi.
|
Ø Perubahan berat / lamanya dapat mengindikasikan
kemajuan proses penyakit / terjadinya komplikasi.
Ø Pengetahuan timbulnya
mekanisme nyeri memungkinkan pasien melakukan intervensi efektif untuk
meminimlkan kekambuhan.
Ø Vasokontriksi dibatasi
karena menyebabkan kerusakan jaringan dan gangren.
Ø Meningkatkan relaksasi / fokus perhatian untuk
membantu pemutusan stress/cemas/siklus stress, yg memperburuk respon
vasokoknstriksi dan peningkatan nyeri.
Ø Respon individu terhadap
terapai mungkin tak adekuat untuk mengontrol penyakit atau dapat menghasilkan
efek samping, mengindikasikan perlunya perubahan program.
Ø Penggunaan
vasodilator/antihipertensi dapat menghilangkan vasospasme dan menurunkan
nyeri.
|
2.
|
· Kaji kulit untuk luka
terbuka, benda asing, kemerahan, perdarahan, perubahan warna, kelabu,
memutih.
· Ubah posisi dengan sering.
· Balik pasien dengan sering
untuk melibatkan sisi yang tak sakit dan posisi tengkurap dengan kaki pasien
di atas kasur.
|
· Memberikan informasi tentang
sirkulasi kulit.
· Mengurangi tekanan konstan
pada area yang sama dan meminimalkan risiko kerusakan kulit.
· Meminimalkan tekanan pada
kaki.
|
3.
|
§ Observasi warna kulit
bagian yang sakit.
§ Catat penurunan nadi :
pengisian kapiler lambat, perubahan trofik kulit (tak berwarna,
mengkilat/tegang), kuku tabuh.
§ Lindungi dari cedera
contoh, hindari dari aktivitas menggunakan alat tajam, memerlukan fungsi
motor halus.
§ Lihat dan kaji kulit untuk
ulserasi, lesi, area gangren.
|
§ Warna kulit khas terjadi
pada fase pucat intermiten (akibat vasospasme tiba-tiba), sianosis (iskemia),
dan kemerahan (vasodilatasi/hiperemia reaktif).
§ perubahan ini menunjukkan
kemajuan / proses kronis.
§ Kurangnya kesadaran bahwa
sensasi menurun dapat menimbulkan situasi dimana bagian yang sakit terganggu.
§ Lesi dapat terjadi dari
ukuran jarum peniti sampai melibatkan seluruh ujung jari dan dapat
mngakibatkan indeksi/kerusakan / kehilangan jaringan serius.
|
4.
|
v Lakukan rehabilitasi
penerimaan.
v Beri obat sebelum aktivitas
/ latihan.
v Masukkan aktivitas sehari-hari
dalam terapi fisik dan asuhan keperawatan.
v Dorong partisipasi pasiean
dalam semua aktivitas sesuai kemampuan individual.
|
v Akan lebih mudah untuk
membuat partisipasi bila pasien menyadari kemungkinan adanya penyembuhan.
v Menurunkan kekakuan otot /
jaringan dan tegangan memampukan pasien untuk lebih aktif dan membantu
partisipan.
v Komunikasi aktivitas yang
menghasilakan perbaikan hasil dengan meningkatkan efek masing-masing.
v Meningkatkan kemandirian,
meningkatkan harga diri, dan membantu proses perbaikan.
|
J.
EVALUASI
1.
Nyeri
Berkurang.
2.
Mencapai penyembuhan luka sesuai
waktunya / penyembuhan lesi terjadi.
3.
Mengidentifikasi / melakukan pola
hidup yang benar dan perubahan perilaku untuk meningkatkan sirkulasi.
4.
Dapat melakukan aktivitasnya
sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito.(2000), Diagnosa
Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC:Jakarta
Doenges. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC:Jakarta
Shires,Schwartz.intisari
prinsip-prinsip Ilmu Bedah. Penerbit Buku Kedokteran dalam:
0 komentar:
Posting Komentar